Laman

Kamis, 06 Januari 2011

RANCANGAN PENGKAJIAN DEPRESI LANSIA

RANCANGAN PENGKAJIAN PADA AGGREGAT LANSIA DENGAN DEPRESI APLIKASI MODEL COMMUNITY AS PARTNER DI KELURAHAN TUGU KOTA DEPOK

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Aplikasi Keperawataan Komunitas Lanjut II
Oleh
I Wayan Suardana
NPM : 0906594362



PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
2010
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wujud nyata dari keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia dapat dilihat dari makin meningkatkan rata-rata umur harapan hidup penduduk Indonesia, yang berdampak pada makin banyaknya jumlah lanjut usia pada populasi penduduk Indonesia. Lanjut usia adalah mereka yang berumur 60 tahun atau lebih ( UU NO 13 tahun 1998). Jumlah usia lanjut di Indonesia pada tahun 1985 sekitar 7% dari populasi atau sekitar 10 juta orang, angka ini meningkat menjadi 9 % pada tahun 1995 atau dengan estimasi sebesar 15 juta orang. Angka tersebut meningkat menjadi 11 % pada tahun 2005 dan pada tahu 2010 diperkirakan 12 % penduduk Indonesia ( 22 juta) jiwa termasuk kelompok lanjut usia (Susenas,2007).
Meningkatnya umur harapan hidup, sekitar 48 tahun pada tahun 1965, menjadi sekitar 68 tahun pada tahun 2005, di satu pihak merupakan prestasi, namun dilain pihak menjadi tantangan yang sangat besar dari semua pihak baik secara ekonomi, sosial, budaya maupun kesehatan. Tantangan terbesar dalam keperawatan terkait dengan lanjut usia adalah upaya mempertahankan agar lansia tetap sehat baik secara fisik, psikologis dan sosial serta tetap bisa produktif sesuai dengan kapasitasnya, walaupun meninggal maka diharapkan lansia dapat meninggal dengan tenang.
Lansia merupakan makhluk hidup, yang secara alamiah akan melalui siklus kehidupan berupa proses menua. Proses menua merupakan proses alami yang terjadi pada seluruh system, yang ditandai dengan berubahnya atanomi yang berdampak pada makin menurunnya fungsi dari setiap organ dalam system tubuh tersebut. Proses menua pada setiap manusia sangat berbeda, ada yang lambat dan fisiologis dan ada pula yang cepat dan bersifat patologis. Penurunan fisik, fisiologis mental dan sosial secara langsung maupun tidak langsung yang tidak diantisipasi dengan baik akan dapat menimbulkan masalah. Masalah fisik yang muncul dapat berkembang menjadi masalah lain seperti masalah ekonomi, sosial, budaya dan masalah psikologis. Masalah psikologis yang saat ini sering ditemukan pada lansia, namun senantiasa terabaikan adalah depresi. (Darmojo & Martono,1998).
Masalah psikologis dapat berkembang dari masalah psikologis ringan hingga berkembang menjadi neurosis hingga depresi. Depresi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya isolasi sosial, gangguan konsep diri dan yang lebih berat dapat menjadi penyebab perilaku bunuh diri (Stuart & Laria,1998).
Depresi terus menjadi masalah kesehatan mental yang serius. Studi epidemiologi tentang depresi diantara lansia komunitas melaporkan tingkat yang sangat bervariasi mulai 2 hingga 44 %. Gejala- gejala depresi dialami hamper 5-10% dari semua orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Gejala depresi muncul akibat keterlambatan penyesuaian terhadap kehilangan baik pekerjaan, penghasilan, pasangan hidup, kemampuan fungsi fisik dan melemahnya silaturahmi dengan keluarga (Stanley&Beare,2006;Tuty,2007)).
Sejauh ini prevalensi depresi pada lansia di dunia berkisar 8-15%. Dari Laporan Meta analisis dari penelitian-penelitian di dunia didapatkan prevalensi rata-rata depresi pada lansia sebesar 13,5% dengan perbandingan wanita dan pria 14,1:8,6. (Dahrmono,2007). Menurut Widnya (2007) pada tahun 2020 diperkirakan lansia yang mendeita depresi akan terus meningkat sebagai dampak dari berbagai masalah dunia. Depresi banyak ditemukan pada lansia yang hidup sendiri, menderita penyakit kronis dan secara ekonomi sangat kurang. Lansia yang menderita depresi memiliki risiko bunuh diri, seperti dialami oleh lansia di Amerika, Australia maupun Indonesia (Martina,2002 dalam Aryani 2008).Dengan demikian, perlu kiranya dilakukan asuhan keperawatan komunitas untuk mampu mengkaji dan memberikan penanganan pada kasus-kasus depresi dimasyarakat dengan menggunakan pendekatan Community As Partner sebagai pengkajian keperawatan komunitas dalam rangka praktek aplikasi mahasiswa Program Studi Pascasarjana Kekhususan Keperawatan Komunitas di Kelurahan Tugu Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Penggunaan Model Community as Partner didasarkan pada analisis, bahwasanya Model Coomunity as Partner merupakan model yang komprehensif, sederhana dan mudah dipahami.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tentang timbulnya risiko depresi pada lansia dengan pendekatan model Community As Partner di Kelurahan Tugu Depok.
2. Tujuan Khusus
a. Menyusun rancangan pengkajian terkait lansia yang berisiko mengalami depresi dengan pendekatan model Community As Partner.
b. Menyusun instrumen pengkajian pada lansia yang berisiko mangalami depresi dengan pendekatan model Community As Partner.
c. Melakukan pengkajian dengan pendekatan model Community As Partner.
d. Mengetahui masalah yang dialami dan kebutuhan yang diperlukan bagi lansia dengan risiko depresi .
e. Dapat memprioritaskan masalah yang terjadi sehingga dapat mengambil keputusan untuk menanggulanginya.
f. Dapat membuat rancangan kegiatan yang sesuai dalam rangka memecahkan masalah keperawatan yang ada.

C. Ruang Lingkup Pengkajian
Ruang lingkup pengkajian dengan menggunakan model Community As Partner pada aggregat lansia dengan risiko mangalami depresi . Pengkajian yang dilakukan adalah terhadap inti komunitas dan delapan subsistemnya. Inti komunitas yaitu demografi, etnis, kepercayaan dan statistik vital yang dikaitkan dengan aggregat. Subsistem yang dikaji meliputi lingkungan fisik lansia , pelayanan kesehatan sosial untuk lansia, transportasi dan keamanan, politik dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi.

















BAB II
MODEL PENGKAJIAN

A. DEFINISI AGREGAT
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999). Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :
a. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
b. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
c. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
B. TEORI DEPRESI
Depresi merupakan gangguan afektif yang ditandai dengan adanya mood yang sedih, hilang minat dan mudah putus asa ( Stuart and Laria, 1997;2002). Individu yang terkena depresi pada umumya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik dan sosial yang khas, seperti murung, sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilang semangat kerja, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi dan menurunnya daya tahan.
1) Gejala fisik; gangguan pola tidur ( sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit), menurunnya tingkat aktifitas, menurunya efisiensi kerja, menurunnya produktifitas kerja, mudah merasa letih dan sakit
2) Gejala psikis ; a) kehilangan percaya diri penyebabnya orang tersebut cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri. b) Sensitif : orang yang mengalami depresi sering memandang peristiwa netral dipandang dari sudut pandang yang berbeda, bahkan disalah artikan akibatnya mudah tersinggung,mudah marah, perasa, curiga, mudah sedih, murung dan lebih suka menyendiri. c) Merasa dirinya tidak berguna : Perasaan tidak berguna karena merasa menjadi orang gagal terutama dibidang atau lingkungan yang seharusnya mereka kuasai. d) Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang mengalami depresi. Mereka memendang sesuatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat kegagalan melaksanakan tanggungjawab yang dikerjakan. e) Perasaan terbebani. Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang dilaminya.
3) Gejala Sosial : Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan, bawahan. Masalah bisa berbentuk konflik, minder, malu, cemas jika berada diantara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalani hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.


Tingkatan depresi
DepKes RI (1993) membagi episode depresif menjadi 3 variasi : ringan, sedang, berat
a. Depresi ringan
Suasana perasaan ( mood) yang depresif, kehilangan minat dan kesenangan dan mudah menjadi lelah biasanya dipandang sebagai gejala dari depresi yang paling khas dan sekurang-kurangnya dua hari ditambah gejala lazim lainnya : konsentrasi dan perhatian kurang, harga diri dan kepercayaan diri kurang, gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri dan bunuh diri, tidur terganggu, nafsu makan kurang
b. Episode depresif sedang
Sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala paling khas yang ditentukan untuk epidode depresi ringan, ditambah sekurang-kurangnya tiga ( dan sebaiknya 4) gejala lainnya. Individu dengan depresif taraf sedang biasanya menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.
c. Episode depresif berat tanpa gejala panik
Pada episode depresif berat, penderita biasanya menunjukkan ketegangan atau kegelisahan yang amat nyata. Kehilangan harga diri dan perasaan dirinya tak berguna mungkin mencolok dan bunuh diri mungkin bahaya nyata terutama pada beberapa kasus berat. Selama episode depresi berat, sangat tidak mungkin penderita akan mampu meneruskan kegitan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga kecuali pada taraf yang sangat terbatas.


C. MODEL PENGKAJIAN
Pengkajian komunitas merupakan suatu upaya untuk menganal masyarakat, karena masyarakat merupakan mitra yang berkontribusi terhadap keseluruhan asuhan keperaatan komunitas. Tujuan pengkajian komunitas adal untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap keseluruhan proses baik faktor yang memperlemah maupun yang memperkuat agar dapat mengembangkan strategi promosi kesehatan ( Andeson dan Mc Farlane,2000). Informasi yang didapatkan dalam pengkajian dapat digunakan sebagai informasi untuk perubahan dan pemberdayaan ( Hancock dan Minkler, 1997 dalam Anderson dan Mc Farlane,2000).
Berdasarkan pada model pendekatan dari Neuman, 1972 dalam Anderson dan Mc Farlane, 2000, model komunitas sebagai klien telah dikembangkan menjadi suatu model yang diberi nama dengan model komunitas sebagai partner. Model ini memberi penekanan pada filosofi yang mendasari perawatan kesehatan utama. Model komunitas sebagai partner, terdapat dua fokus sentral, yaitu fokus pada komunitas sebagai partner (direpresentasikan oleh roda pengkajian komunitas pada bagian atas, yang menggabungkan orang-orang dari komunitas sebagai inti) dan penggunaan proses keperawatan.
Inti dari roda pengkajian merepresentasikan orang-orang yang menyusun komunitas. Yang termasuk dalam inti adalah demografis dari populasi, serta nilai-nilai, kepercayaan, dan sejarahnya. Orang-orang dari komunitas, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh delapan subsistem dari komunitas. Subsistem-subsistem ini adalah: lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintah, layanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi, dan rekreasi (Anderson & McFarlane, 2000 ).
Penerapan model Commmunity as Partner dalam pengkajian populasi/aggregat lansia dengan masalah risiko terjadi depresi adalah:
1. Inti Komunitas
a. Sejarah
Data yang dikaji adalah sejarah terbentuknya kelurahan tugu, dan data terkait sejarah terjadinya atau ditemukannya penyakit depresi pada lanjut usia. Termasuk di dalamnya adalah data riwayat keluarga yang menderita depresi atau penyakit gangguan jiwa lainnya.
Metoda yang digunakan dalam mencari data ini adalah literatur review dari laporan Puskesmas dan data dari pihak RW, pemuka masyarakat serta kader.
b. Demografi dan Etnik
Data yang dikaji antara lain umur, jenis kelamin, ras, etnik terutama kelompok lansia dan khususnya lansia penderita depresi.
c.Vital Statistik
Angka kesakitan meliputi jumlah penderita depresi. Angka Kematian meliputi jumlah kematian bunuh diri atau akibat menarik diri dan diabaikan oleh keluarga.
c. Etnisitas
Gaya hidup kelompok masyarakat terutama dalam pola komunikasi, hubungan antar individu, bentuk keluarga, dukungan antar keluarga. Sumber data dari orang pemuka masyarakat, tenaga kesehatan, observasi dan pihak RW.
d. Nilai-nilai dan Kepercayaan
Agama, nilai dan kepercayaan yang dianut oleh keluarga terkait makna hidup, dukungan keluarga terhadap lanjut usia., warisan budaya/ pola kebiasaan serta stigma masyarakat/ keluarga terhadap pengabaian orang tua.
Sumber dari orang tua, kepala keluarga dan pemuka masyarakat. dengan metoda kuisioner.

2. Sub Sistem
a. Lingkungan fisik
Hal-hal yang dikaji meliputi status rumah, type rumah, keadaan atau kondisi rumah termasuk kepadatan, ventilasi, pencahayaan, dan kebersihan, keamanan, kesesuaian dengan kondisi lansia. Kondisi lingkungan, terutama sosial yang tidak baik dapat menjadi pemicu timbulnya depresi. Sumber data dari kepala keluarga dan lingkungan dengan menggunakan metode wawancara dan observasi.
b. Pelayanan Sosial dan Kesehatan
Dukungan pelayanan sosial seperti tunjangan khusus untuk lanjut usia. Kepemilikan kartu jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan baik di dalam maupun di luar komunitas seperti RS, Praktik dokter, bidan, perawat ; Puskesmas dan Pelayanan kesehatan khusus ( Posyandu lansia, ) dapat menjadi pendukung untuk proses penyembuhan depresi. . Data yang perlu dikumpulkan adalah sebagai berikut :
• Struktur organisasi
• Pelayananya (waktu, ongkos, rencana kerja)
• Sumber daya (tenaga, tempat, dana, perencanaan)
• Karakteristik pemakai (penyebaran geografi, gaya hidup, sarana transportasi)
• Kecukupan dan keterjangkauan oleh pemakai dan pemberian pelayanan



c. Ekonomi
Karakteristik rata – rata pendapatan lansia secara khusus dan keluarga serta karakteristik pekerjaan baik lansia maupun keluarga. Alokasi penggunaan pendapatan. Pendapatan yang rendah merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya depresi.
Sumber data dari responden melalui metode kuisioner.
d. Transportasi dan keamanan/ keselamatan
Hal yang dikaji meliputi transportasi mencapai fasilitas kesehatan dan sosial. Kemudahan mencapai akses kesehatan, dan kemudahan mendapat sumber makanan. Sumber data dari responden, metode yang digunakan adalah kuesioner dan Winshield Survey.
e. Politik dan Pemerintahan
Apakah masyarakat terlibat dalam pembuatan keputusan dalam mengatasi masalah, penyusunan program di masyarakat khususnya dalam penanganan depresi pada lanjut usia. Adakah bantuan dari pemerintah atau swasta dalam mengatasi masalah penanggulangan depresi pada lansia.. Sumber data dari tokoh masyarakat dan Puskesmas melalui metode wawancara.

f. Komunikasi
Pola komunikasi antar anggota keluarga. Pola komunikasi antar pengurus RT/RW dengan warga khususnya lanjut usia. Media komunikasi apa yang digunakan keluarga dalam memperoleh informasi tentang depresi pada lanjut usia. Pola komunikasi merupakan hal yang sangat penting, karena komunikasi dapat menjadi penyebab dan sekaligus solusi dari masalah depresi. Sumber data dari responden menggunakan metode observasi, wawancara dan kuisioner.

g. Pendidikan
Tingkat pendidikan kelompok lansia, sangat mempengaruhi dalam tranformasi perikau dalam upaya mengatasi depresi.

h. Rekreasi
Dimana warga bermain ? Apakah tersedia tempat bermain untuk para lanjut usia? Apa saja bentuk rekreasi utama? Fasilitas untuk rekreasi yang terlihat? Apakah cukup membantu untuk memenuhi kebutuhan rekreasi lansia.
Sumber data dari ketua RW, wawancara dengan lansia dan melalui Winshield Survey.

Persepsi Masyarakat
• Bagaimana persepsi masyarakat tentang depresi pada lansia?
• Masalah-masalah? (Tanyakan beberapa orang dari kelompok berbeda misalnya tokoh masyarakat, kader kesehatan, tokoh formal, dan ibu rumah tangga ) tentang program penanggulangan depresi pada lanjut usia, keuntungan dan kerugiannya.
• Bagaimana pengetahuan lansia terhadap pengenalan risiko depresi pada lansia keluarga maupun lansia seperti pengertian, tanda, gejala, penyebab dampak dan pencegahan dan penanganannya.
• Bagaimana sikap keluarga dan masyarakat lanjut usia yang menderita depresi dan berisiko menderita depresi.
















(Model Community as partner dari McFarlane, 2000)



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan rancangan deskriptif guna mendapatkan informasi yang luas tetapi tidak mendalam. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan cross sectional yaitu mengamati variabel yang diteliti di suatu populasi pada satu saat (Murti, 2006). Diharapkan dengan dilakukan penelitian ini, jika ditemukan depresi dan faktor-faktor risiko depresi terjadinya dapat ditanggulangi, maka tidak terdapat lansia yang menderita depresi.
B. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam pengkajian keperawatan komunitas ini adalah seluruh lansia di Kelurahan Tugu dari RW 01 sampai dengan RW 11 dengan risiko depresi tahun 2010 sebanyak 5039. Berdasarkan teori, prevalensi depresi pada lansia berkisar antara 5 – 15 % dengan demikian dapat diasumsikan jumlah populasi lansia yang menderita depresi di Kelurahan Tugu adalah 0,05x5039 adalah 252 orang. Dari populasi tersebut selanjutnya dihitung besar sampel dengan menggunakan rumus besar sample.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2006). Teknik pengambilan sampel dengan non-probability sampling yaitu purposive sampling dimana dilakukan karena pertimbangan tertentu. Wilayah yang digunakan adalah RW 01 sampai 11 dengan tingkat kepercayaan 95%, setelah dihitung dengan rumus
Nn= zα2 p (1-p)
d 2


Dari kasus depresi pada lansia diketahui prevalensi 5 % jadi P (0,05)
Z zα2 95% = 1,96
d = 0,05
maka besar sampel yang dibutuhkan adalah sebesar 73,6 orang atau dibukatkan menjadi 74 orang.

C. RENCANA ANALISIS

1. Pre analisa
a) Cleaning : pemeriksaan atas kelengkapan pengisian kuesioner.
b) Editing : pemeriksaan terhadap kejelasan makna jawaban, konsistensi dan relevansi jawaban serta keseragaman satuan pengukuran
c) Coding : pengkalisifikasian data menurut kategori masing-masing jawaban untuk menghindari duplikasi kategori.

2. Analisa Data Kuantitatif
Data yang bersifat kuantitatif yang telah dikelompokkan sesuai kategori dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam tabel dan narasi.
Analisa data deskriptif menggunakan analisis statistik deskriptif univariat, multivariat yaitu dengan mengitung distribusi frekwensi dan proporsinya.
3. Sintesa data
Sintesis adalah gabungan dari elemen-elemen yang terpisah atau bagian-bagian ke dalam suatu kesatuan yang koheren, yang pada akhirnya dapat dirumuskan diagnosis keperawatan komunitas. Setelah data dianalisa secara kuantitatif dan kualitataif, kesimpulan/interpretasi yang diperoleh selanjutnya digunakan sebagai data subyektif dan obyektif dalam merumuskan diagnosis keperawatan komunitas pada kelompok lansia yang berisiko mengalami depresi.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A. (2008). Kebijakan Promosi Kesehatan. Hand Out Kuliah. Depok: FIK UI.
Anderson & Mc.Farlane (2000). Community as partner: Theory and practice in nursing. (Third edition). Philadelphia: Lippincot.
Ervin, NF. (2002). Advanced community health nursing : Concept and practice. (5 th ed). Philadelphia: Lippincot. Friedman, Bowden, Jones (2003) Family nursing; research, theory & practice, New Jersey, Prentice Hall.

Husain. (2001). Mengapa harus bunuh diri. Jakarta. Qisti Press.

Keliat (1993). Kedaruratan pada gangguan alam perasaan.Jakarta. Arcan.

Kunjtoro (2002). Dukungan sosial pada lansia. http://www.epsikologi.com/usia diperoleh 13 Maret 2010.

Mustikasi. (2004). Faktor-faktor risiko perilaku mencederai diri; bunuh diri pada klien gangguan jiwa di rumah sakit jiwa . Thesis tidak dipulikasikan
Murti, B. (2006). Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta.
Pollit and Hungler. (2005). Nursing research;principle and method. six edition. Philadelpia.Lippincott.
Stanhope, M. & Lancaster, J. (1996). Community health nursing : Promoting health of agregates, families and individuals. (4 th ed). St.Louis: Mosby, inc.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sopiyudin. (2008). Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan. Jakarta. Sagung Seto.


Surilena.(2005). Fenomena bunuh diri pada masyarakat Indonesia.Majalah kedokteran Atmajaya Vol 4 no 3 September 2005.

Stuart & Laria (1998). Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta.EGC


Widnya.(2008). Bunuh diri di Bali perspektif budaya dan lingkungan hidup. Journal Institut Hindu Dharma Negeri. Denpasar.

Tidak ada komentar: